Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kehidupan Menggereja

Salah satu dampak pandemic Covid-19 adalah ditiadakannya pertemuan-pertemuan yang mengumpulkan banyak orang, termasuk di dalamnya adalah pertemuan-pertemuan peribadatan. Bukan hanya bagi agama tertentu tetapi bagi semua agama dan kepercayaan. Bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Pada akhir-akhir ini, kita disuguhi gambarr-gambar kosongnya Masjidil Haram di Makah, lapangan Basilika Santo Petrus di Roma, dan Masjid Istiqlal serta Katedral Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga di Jakarta. Tempat-tempat peribadatan yang biasanya ramai pengunjung tersebut untuk sementara waktu, entah sampai kapan, terpaksa ditutup. Umat dilarang hadir dan bahkan untuk sekedar mampir menjengukpun tidak diperbolehkan.

Hal ini pasti akan mempengaruhi kehidupan beriman umat, dalam hal ini umat Katolik. Mereka yang biasanya setiap minggu berkumpul di Gereja merayakan Ekaristi, kini tidak bisa lagi. Mereka yang biasa secara rutin berkumpul dan bersekutu dalam doa, baik dalam komunitas lingkungan ataupun komunitas lingkungan, kini terpaksa mengubah jadwal rutin mereka. Mereka yang biasanya berkarya sosial, mengunjungi panti ini dan itu untuk berbagi kasih, kini tinggal di rumah dan membatalkan aktifitas mereka. Kegiatan-kegiatan fisik mereka diganti dengan kegiatan virtual: misa streaming, renungan melalui aplikasi WhatsApp, youtube, dan sebagainya. 

Komisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Institut Karmel Indonesia baru-baru ini mengadakan riset virtual dengan menggunakan google form untuk mengetahui bagaimana kehidupan berimana di masa ditiadakannya misa di Gereja dan pertemuan-pertemuan rohani karena pandemi Covid- 19. Ada sejumlah 2.043 orang dengan berbagai usia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. Para responden yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Jawaban-jawaban tersebut kemudian diolah oleh Tim Litbang Institut Karmel Indonesia dan temuan-temuan yang menarik disajikan dalam tulisan ini. Kami sengaja tidak menyajikan interpretasi atas temuan-temuan tersebut agar pembaca dapat menganalisis dan menarik kesimpulan sendiri. Data dikumpulkan selama bulan Mei 2020.

 Saat ditanya tingkat partisipasi mereka dalam misa di gereja sebelum masa pandemi Covid 19, 72 persen responden mengatakan bahwa mereka selalu berpartisipasi dalam misa mingguan dan 22 persen mengatakan bahwa mereka hampir selalu berpartisipasi dalam misa mingguan. Ini berarti hanya sekitar  6 persen responden yang manjawab kadang-kadang, jarang, sangat jarang dan tidak pernah berpartisipasi dalam misa mingguan di Gereja.

Sebanyak 68 persen dari mereka yang menjawab selalu dan hampir selalu berpartisipasi dalam misa mingguan mengatakan bahwa alasan mereka berpartisipasi dalam misa adalah karena sadar akan kebutuhan mereka akan misa, 18 persen mengatakan bahwa alasan mereka adalah karena mengikuti kewajiban agama, dan sisanya, sebanyak 14 persen mengatakan bahwa mereka mengikuti misa karena alasan-alasan lain, misalnya: dipaksa oleh orangtua, diajak teman, dan merasa malu bila sebagai orang Kristen tidak berpartisipasi dalam misa. 

Saat misa beralih dari misa fisik di Gereja menjadi misa streaming, tingkat partisipasi dalam misa streaming ternyata lebih rendah daripada tingkat partisipasi dalam misa fisik di Gereja. Hanya 58 persen responden mengatakan bahwa mereka selalu berpartisipasi dalam misa mingguan dan hanya 18 persen mengatakan bahwa mereka hampir selalu berpartisipasi. Penurunan yang cukup tajam bila dibandingkan dengan tingkat partisipasi dalam misa fisik di Gereja. Ketika jawaban responden ini diteliti lebih lanjut berdasarkan usia responden, ternyata penurunan terbesar adalah pada mereka yang berusia di bawah 18 tahun, berusia antara 18 sampai 25 tahun dan antara 25 sampai 35 tahun. Pada mereka yang, di antara 35-45 tahun dan di atas 45 tahun, tingkat partisipasi mereka meskipun menurun tetapi tidak melebihi 15 persen.

Ketika ditanya mengenai apakah mereka lebih menyukai misa fisik di Gereja ataukan misa streaming, sebagian besar dari mereka (89 persen) lebih menyukai misa fisik di Gereja. Berbagai alasan mereka yang membuat mereka tidak menyukai misa streaming, 46 persen dari responden mengatakan karena mereka tidak menerima komuni secara fisik, sedangkan 34 persen dari responden saat misa streaming suasana tidak mendukung dan 20 persen mengatakan alasan berupa persoalan sinyal dan mahalnya kuota. Dari mereka yang menjawablebih menyukai misa streaming, alasan mereka lebih menyukai misa streaming adalah: adanya berbagai pilihan jadwal misa, berbagai pilihan pemimpin misa, dan kesantaian. 

Mayoritas responden ternyata sadar akan perlunya memelihara iman selama mereka tidak dapat mengikuti misa secara fisik di Gereja. Sebanyak 84,1 persen dari responden mengikuti misa streaming sebagai pengganti misa fisik. Dari mereka yang mengikuti misa streaming, sebanyak menambahkan kegiatan-kegiatan rohani lainnya, misalnya melakukan devosi dan doa pribadi (68,4 persen), membaca Kitab Suci (34,1 persen), mengkonsumsi media masa tema rohani (46 persen) dan sharing rohani (14,6 persen). Diagram berikut ini menampilkan bagaimana responden memelihara iman mereka di masa pandemic Covid-19 berdasarkan usia mereka. Menarik untuk dicermati bahwa kegiatan rohani yang paling disukai di segala fase usia adalah devosi dan doa pribadi, minat pada Kitab Suci masih rencah pada semua fase umur, dan media sosial yang seringkali dipandang orang sebagai sesuatu yang modern dan sedang trend saat ini ternyata diminati oleh hanya sekitar 40-50 persen responden. 

File dalam format pdf bisa dilihat dan diunduh melalui tautan di bawah ini:


Oleh:

Tim LitBang – Institut Karmel Indonesia

Gedung Puncak Karmel – Malang

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *