Napak Jero 2019

Apa itu NAPAK JERO?

NAPAK berarti “melangkahkan kaki” dan JERO (Jawa) berarti “dalam.” JERO di sini juga singkatan dari “Jejak Rohani.”

Dari istilahnya sendiri, NAPAK JERO berarti:

  1. Menapaki jejak rohani. 
  2. Melangkahkan kaki dengan mantap.
  3. Melihat kembali jejak-jejak perjalanan dan pengalaman secara lebih mendalam.

Jadi, NAPAK JERO adalah sebuah perjalanan ziarah atau suatu bentuk retret, di mana sambil berjalan kaki, para peserta diajak untuk melihat kembali jejak-jejak rohani dari pengalaman hidup mereka yang sudah, sedang, dan akan mereka jalani. Peserta akan memiliki waktu untuk sejenak meninggalkan kesibukan sehari-hari, untuk bernafas, berpikir, merasakan, merenungkan, dan menapaki secara lebih mendalam perjalanan hidup mereka.

Mengapa berjalan kaki?

Kemajuan sarana transportasi dan alat komunikasi membuat kita hidup dalam dunia yang serba cepat. Dalam ritme yang demikian, kita hampir tidak pernah punya waktu untuk melihat dan menikmati keindahan hal-hal sederhana di sekitar kita. 

Dengan berjalan kaki, kita diajak untuk mengalami sebuah perjalanan batin. Ritme hidup yang lebih lambat memberikan kita kesempatan untuk berefleksi, melihat dunia dengan perspektif yang berbeda, mengenal diri dan orang lain dengan lebih baik, menikmati alam ciptaan yang seringkali terabaikan dari perhatian kita karena kesibukan kita, memilih dan memilah kembali prioritas hidup kita, dan…. dan…. dan…. akan banyak hal baru yang kita akan temukan dan pelajari setiap hari. 

Dalam sebuah ziarah jalan kaki, setiap orang menjalani ziarah mereka secara unik. Tak akan ada pengalaman yang sama, bahkan jika kita berjalan bersama-sama orang lain. 

Di samping, tentu saja, jalan kaki adalah sebuah bentuk olah raga yang murah, namun efektif.

Hanya berjalan kaki? Sesederhana itu? Adakah tantangannya?

Seperti telah disampaikan di atas, bahwa setiap orang menjalani peziarahannya masing-masing secara unik. Setiap orang akan mendapat pengalaman secara pribadi. Namun, ada hal yang sama, yaitu setiap kita akan ditantang secara fisik, secara emosional/psikologis, dan secara spiritual.

Tantangan fisik akan muncul sebagai tantangan yang pertama. Mulai dari telapak kaki melepuh, kram betis, keseleo, atau bahkan bisa seuatu yang lebih parah.

Berikutnya, setiap orang akan ditantang secara emosional dan psikologis. Kebosanan akan muncul ketika kita hanya berjalan dan berjalan sepanjang hari. Seringkali dalam keadaan demikian, disertai kelelahan fisik, kita diuji untuk tetap sabar, untuk tidak menyerah, untuk menghadapi pengalaman-pengalaman masa lalu yang tiba-tiba muncul kembali.

Selanjtnya, ziarah jalan kaki adalah sebuah tantangan spiritual. Kita akan bertanya kepada diri sendiri: Mengapa saya melakukan ini? Apa yang saya dapatkan? Setelah ini mau apa? Dan barangkali pertanyaan-pertanyaan lain. 

Satu hal yang penting: Jangan memulai perjalanan ini dengan menganggap remeh dan bersikap arogan. Percayalah, perjalanan ini akan menjadi sebuah pengalaman yang menyadarkan kita akan keterbatasan kita.

Bagaimana jadwal harian selama kegiatan?

Secara umum, acara harian adalah jalan kaki selama beberapa jam, dengan total jarak harian sekitar 30 km, dan istirahat/bermalam di suatu tempat, untuk kemudian berjalan kembali di hari berikutnya. 

Kita akan berangkat bersama-sama setiap hari, tetapi setiap peserta akan berjalan menurut ritmenya masing-masing. Mereka  dipersilakan untuk mengatur kapan harus istirahat sejenak, kapan harus makan, seberapa cepat harus berjalan. Kita akan berhenti di pos yang sama, tetapi tidak harus sampai di tempat itu pada waktu yang sama.

Di tempat perhentian (tempat istirahat/bermalam), setiap peserta dipersilakan untuk bersih-bersih diri, sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Akan ada juga kesempatan berkumpul bersama untuk doa atau sharing.

One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *